Sabtu, 17 Desember 2016

MENYULUT GORESAN IDE DALAM JIWA REMAJA

Abad 21 yang merupakan abad di mana segalanya bergantung akan teknologi. Serba instan dan mudah menjadi pilihan masyarakat. Kecanduan akan kemudahan itulah yang mempengaruhi setiap orang di belahan dunia. Di sisi lain kemajuan globalisasi juga memberikan banyak manfaat kepada masyarakat. Namun, kembali ke masyarakat, masyarakat dituntut untuk lebih bijak dalam memanfaatkan kemajuan globalisasi. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa dunia ini berisi manusia-manusia genius yang mampu menciptakan perubahan-perubahan kegiatan keduniaan.
Saat ini tentulah mudah untuk menemukan buku dengan berbagai judul sesuai dengan kepentingan. Apalagi didukung dengan hadirnya si Mbah Google yang super cerdas. Dengan mengisikan apa yang kita cari pada mesin pencari, maka kita akan langsung dibawa kepada destinasi dunia pengetahuan. Tak jarang orang-orang memanfaatkan teknologi ini demi keuntungan ataupun kepuasan pribadi yang menyengsarakan orang lain. Tentunya orang-orang yang seperti inilah yang masih sangat dangkal dalam menerima hadirnya kemajuan teknologi dalam hidup mereka.
Buku memanglah sudah banyak keberadaannya. Tetapi betapa bangganya jika buku yang dibaca adalah buku karya sendiri. Karena selama ini budaya membaca buku orang lainlah yang umum di tengah-tengah kita. Tidak disalahkan sebenarnya membaca buku karya orang lain karena itulah awal penjajakan untuk dapat menulis dan menghasilkan karya berupa tulisan sendiri. Namun, masyarakat khususnya remaja terkadang sudah merasa tersihir dengan buku-buku yang mereka baca. Tak jarang mereka menunggu hadirnya buku-buku lain hasil karya dari buku yang mereka baca sebelumnya. Nah… inilah yang menjadi tugas berat para remaja untuk mengubah pola pikir mereka from reader to be a writer. Hambatan dalam menggoreskan huruf demi huruf, kata demi kata, kalimat demi kalimat, dan paragraf demi paragraf terkadang membuat seorang penulisnya merasa patah semangat dan akhirnya berhenti di tengah jalan. Jelas itu sangat disayangkan. Bersusah payah mendapatkan ide, lalu ide itu digantungkan di tengah jalan. Pada kenyataan yang seperti inilah, penulis bertanya, begitu beratkah menulis? Pada moment inilah seorang penulis membutuhkan pendinginan pikiran untuk bisa menciptakan kembali ide-ide cemerlang mereka.
Jangan mengira bahwa penulis-penulis senior akan lebih mudah dalam menciptakan karya-karya kembali. Tak jarang mereka akan menemui kebuntuan di tengah jalan. Namun, seseorang yang bermotivasi besar dan pantang menyerahlah yang akan keluar dari jalan buntu menuju jalan lurus penuh ide. Bukan berarti para junior-junior akan mengalami kesulitan yang berlebihan dalam menulis. Jawabannya adalah TIDAK. Niat, motivasi, dan kemauan merupakan faktor utama. Jika ketiganya sudah melekat dalam jiwa, maka sang ide akan dengan senang hati mengisi pikiran-pikiran yang tadinya kosong tersebut.
Dalam hal ini, penulis lebih menujukan kepada remaja dikarenakan saat ini para remaja yang tersebar di Indonesia sangatlah banyak. Mereka mempunyai ide,  pengalaman, dan  gagasan-gagasan tersendiri. Karena ide, pengalaman, dan gagasan setiap orang tentulah berbeda dan  belum tentu dirasakan dan dialami oleh setiap orang. Jadi, tak salah jika kita mengatakan “ide itu mahal”. Karena itulah kenyataannya. Bahkan tak sedikit orang yang menemukan ide cemerlangnya melalui aktivitas-aktivitas yang tidak terduga. Banyak cara yang dapat orang-orang lakukan untuk dapat mengexplore pikiran mereka. Mulai dari hal yang sepele, bisa menjadi sebuah karya yang mencengangkan. Hanya karena seseorang berani dan mampu untuk mengembangkan pikiran mereka.

Sehingga tidak ada alasan “menulis itu sulit”. Lingkungan telah menyimpan berbagai macam ide yang siap untuk dikembangkan menjadi sebuah karya. Hanya perlu memperhatikannya dan merasakan keadaan lingkungan kita. Kemudian didukung oleh niat, motivasi, dan kemauan lalu berjuanglah untuk menulis.

Penulis : Widya Resti Oktaviana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar