Selasa, 21 Mei 2013

Sekilas Tentang Bu Alimatul Qibtiyah

Alimatul Qibtiyah, perempuan kelahiran  Ngawi Jawa Timur September 1971. Alim, orang-orang memanggilnya putri ke-lima dari sembilan bersaudara pasangan Bapak Bajuri dan Ibu Rifangati. Pada usia lima tahun dia diasuh oleh pamannya yang tinggal di Madura. Harus berpisah dengan orang tua kandung mengajarkannya kehidupan keras dan mandiri. 
Menginjak usia remaja kemudian malanjutkan ke sekolah agama di Madiun. Walaupun dengan kehidupan yang terbatas, di sekolah dia menjual makanan kecil kepada teman-teman sekelasnya. Dia lulusan terbaik kedua di Sekolahnya. Kemudian ditawari bibinya yang datang dari Amerika memintanya untuk menjadi babysister, dia sangat senang sekali tetapi tidak jadi dan bibinya memberi uang 50 ribu untuk ongkosnya pulang ke rumah.
Dia berfikir apa harus pergi ke Jakarta untuk bekerja, tetapi dia mengurungkan niatnya dan ingin melanjutkan sekolahnya di Yogyakarta. Akan tetapi orang tua tidak mempunyai biaya dan akhirnya paman dan orang tua kandungnya mengumpulkan uang . Yang paling dia ingat saat ibunya menjual perhiasan yang dimiliki dengan sepada untuk biaya masuk ke IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Dengan penuh tekat dia ingin belajar, tidur di kamar yang sangat kecil dan tidak pernah dipakai oleh pemiliknya, temboknya berlumut, sempit, dan hanya beralas tikar. Dengan biaya yang sangat terbatas dia menyambinya dengan menerima jasa ketikan teman-teman sekelasnya. Bermodalkan dari mesin ketik yang diberi oleh seseorang kepadanya. Dan mengajar privat ngaji di sebuah keluarga . Begitulah dia menyambung kebutuhannya dengan biaya hidup yang terbatas. Cukup membantu pada semester tiga dia mendapatkan beasiswa super semar sampai lulus.
Tahun 1995 lulus dan menjadi dosen di Universitas yang sama pada tahun 1996. Menikah dengan Susanto Seorang insinyur perminyakan pada tahun 1997.
 Dia melanjutkan studinya mengambil jurusan Psikologi Sosial di Universitas Gadjah Mada. Tak hanya itu, tahun 2003 dia juga mendapatkan beasiswa S2 di Univerrsity of Northern Lowa in Cedar Falls, USA. Bertepatan saat idul fitri dia mempresentasikan tesisnya dalam keadaan hamil tua menggalami kontraksi 15 menit sekali, kemudian diumumkan bahwa dia mendapatkan nilai A untuk tesisnya. Setelah semuanya selesai dan dia pergi kerumah sakit dan anak keduanya lahir. Dia mendapatkan gelar PhD di University of Western of Sydney, Australia.
Di didik oleh pamannya yang bersikap aligater,  dan kesukaannya dalam meneliti tentang persoalan gender untuk menjadikan kehidupan perempuan yang lebih baik. Dan sekarang menjadi sebuah ideologi baginya untuk memperjuangkan hak-hak wanita. Saat ini dia aktif di organisasi perempuan  Aisyiah Yogyakarta dan dosen di Universitas Islam Negeri Yogyakarta. Mimpinya tak ingin bermuluk-muluk untuk menjadi Menteri pemberdayaan perempuan, hanya ingin menjadi staf ahli pemberdayaan perempuan. Sosok yang sangat menginspirasi bagi para perempuan indonesia.

Ira Ambar

1 komentar: