Minggu, 31 Januari 2016

Liburan Versi Mahasiswa Rantauan yang Tak Pulang

Liburan Ala Osi Iradati Marsha

Halo mahasiswa! Selamat liburan untuk yang sudah selesai ujian akhirnya. Semangat kuliah untuk yang belum liburan. Bicara soal liburan, kegiatan apa sih yang biasa dikerjakan oleh para mahasiswa selama libur? Pulang ke kampung halaman bagi mahasiswa rantauan? Sudah pasti. Jalan-jalan? Entah itu keliling kota, menelusuri tiap sudut yang belum tersentuh atau sekadar mampir ke mall megah untuk gaya-gayaan a la para borjuis? Bisa jadi, dan mungkin jalan-jalan memang tujuan utama para mahasiswa saat liburan. Maklum, hari-hari perkuliahan yang padat dan sibuk membuat mahasiswa butuh waktu sejenak untuk menyegarkan kembali pikiran juga tubuhnya. Mahasiswa juga manusia. Hahaha.
    Lalu, bagaimana kabar para mahasiswa rantauan yang tidak pulang dan memilih setia di tanah rantau? Tidak perlu sedih duhai teman-teman senasib-sepenanggungan. You are not alone, kata Michael Jackson. Kamu mungkin tidak bisa menikmati hangatnya berkumpul bersama keluarga. Tapi, kamu masih bisa mengisi liburanmu dengan kegiatan yang seru juga bermanfaat. Ada banyak hal yang bisa kamu kerjakan agar liburanmu tak berlalu percuma. Cuci pakaian atau beres-beres kamar contohnya. Tak usah berkelit, sehelai-dua helai atau mungkin setumpuk pakaian kotor pasti ada di kamarmu. Cucilah selagi masih libur dan harimu belum kembali disibukkan dengan seabrek tugas kampus. Kalau cucianmu sudah beres, kamarmu sudah rapi, maka pergilah. Liburan bukan saat untuk bermalas-malasan dengan diam di kos dan tidur-tiduran. Nikmati tanah rantaumu, datangi tempat-tempat yang belum pernah kamu kunjungi sebelumnya.
    Baiklah, izinkan saya -mahasiswa rantauan asal Sumatera yang kini kuliah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta- bercerita. Awal liburan, kos tempat saya tinggal masih cukup ramai. Tapi, hari berganti hari, satu per satu teman kos saya pulang. Alhasil, kos menjadi sepi seperti pasar yang toko-tokonya sudah tutup. Bingung, saya bingung mau kemana. Tidak ada teman yang bisa diajak pergi jalan-jalan. Semua sudah pulang. Hingga kemudian saya ingat bahwa di Jogja ada perpustakaan baru yang belum lama ini diresmikan. Kamis, 21 Januari lalu saya putuskan untuk kesana.
    Ada peristiwa yang entah lucu, miris, atau memalukan waktu saya dalam perjalanan menuju perpustakaan. Sebenarnya, saya punya sepeda yang bisa digunakan kesana. Tapi, saya bukanlah penghapal jalan yang baik. Setahun lebih kuliah di Jogja tak membuat saya lepas dari ancaman tersasar. Tepat di hari itu juga, ban belakang sepeda saya bocor. Maka Trans Jogja adalah jawaban yang tepat bagi permasalahan ini. Saya berangkat naik Trans Jogja dari halte UIN.
    “Dari sini, mbak naik 4B, nanti turun di Kridosono ganti 2B, terus transit di SGM naik 1A,” begitu arahan bapak penjaga halte saat saya berkata mau ke Jogja Expo Center (JEC). Berdasarkan informasi yang saya dengar dari teman, perpustakaan baru itu lokasinya persis di sebelah JEC.
Tidak perlu lama menunggu, bus jalur 4B datang dan berangkatlah saya. Satu per satu halte sudah dilewati. Halte gedung Wanitatama, halte Empire XXI, halte R.S. Bethesda, sampai halte SMPN 5. Saya mulai bingung, saya belum mendengar bapak operator bus itu menyebut-nyebut Kridosono. Saya tetap tenang dengan berpikir halte selanjutnya adalah tempat dimana saya harus berhenti. Meter demi meter, bus mulai menjauh dari SMPN 5. Sedikit lagi sampai di halte berikutnya, saya kaget sejenak lalu menertawakan diri sendiri dalam hati. “Ini kan De Britto,” batin saya malu. Ya, saya kembali lagi ke UIN, tepatnya di halte SMA Kolese De Britto.
Saya memang tak tahu dimana Kridosono tepatnya, mungkin halte SMPN 5 itu yang dimaksud. Entahlah, ini karena saya yang kurang piknik atau karena saya tak memegang prinsip malu bertanya sesat di jalan, dan akhirnya saya memang betul-betul tersesat. Berjalan di jalur yang salah, lebih tepatnya. Hahaha. Akhirnya, saya putuskan turun di halte De Britto untuk kemudian menyeberang jalan menuju halte gedung Wanitatama. Semangat saya untuk ke perpustakaan tidak menyurutkan langkah walau saya harus membayar lagi untuk naik Trans Jogja kali kedua.
Tidak seperti bapak sebelumnya, ibu penjaga halte ini hanya mengarahkan saya untuk naik bus jalur 1A agar sampai ke JEC. Perjalanannya memang cukup panjang, ditambah keadaan di dalam bus yang cukup sesak. Maklum, bus jalur 1A itu sepertinya memang jadi favorit karena salah satu tempat pemberhentiannya adalah Malioboro. Singkat cerita, sampai juga saya di JEC. Bukan hanya kali pertama ke perpustakaan baru itu, ini juga kali pertama saya ke JEC. Duh, mahasiswa Jogja macam apa saya ini. Setiba di JEC, saya masih bingung harus jalan ke arah mana untuk sampai di perpustakaan. Sampai akhirnya saya melihat ada bagian dari gedung perpustakaan itu menjulang tinggi, sama seperti yang saya lihat di laman salah seorang teman facebook yang sudah lebih dulu mengunjungi perpustakaan. Saya berjalan cepat karena rintik hujan saat itu mulai turun, lalu menyeberang tepat ke gedung yang ternyata tampak sangat megah dari depan. Ya, gedung perpustakaan itu, Grhatama Pustaka namanya.
Tampak luarnya saja sudah cukup membuat saya takjub. Memasuki bagian dalam gedung, saya mulai sadar bahwa perpustakaan ini memang betul-betul luas. Di ruang tunggu, saya melihat orang-orang memadati kursi yang disediakan, seperti sedang menunggu antrean, atau mungkin menunggu hujan reda untuk kemudian kembali ke peraduan masing-masing. Saya juga melihat orang-orang yang keluar masuk perpus, dan anak-anak kecil yang berlari hilir-mudik.
Lagi, saya kebingungan. Saya bingung harus apa terlebih dulu. Daftar jadi anggotakah atau bagaimana. Saya duduk sebentar, mengamati gerak-gerik para pengunjung. Saat dirasa mulai paham, saya kemudian berdiri, lalu berjalan menuju tempat penitipan barang. Saya keluarkan KTP untuk ditukarkan dengan kunci loker. Setelah menaruh tas di loker, saya melanjutkan perjalanan menuju ruang baca utama. Dari luar ruang baca dengan kaca bening sebagai pembatas itu, saya melihat para pengunjung duduk dengan santainya sambil membaca buku masing-masing. Ada juga satu-dua orang yang asyik memainkan gawainya, atau bercerita dengan temannya.
Saya masuk, mengamati lebih dekat apa saja yang ada dalam ruang baca ini. Kenyamanan yang saya lihat dari luar tadi benar-benar saya rasakan ketika sudah masuk ke dalam. Perpustakaan ini menyediakan banyak sofa baca untuk para pengunjung, juga meja panjang bagi yang membawa laptop. Lantainya berlapis ambal yang tebal juga lembut, sehingga pengunjung diharuskan membuka alas kakinya di luar. Tapi tenang saja, ada kantong serut untuk tempat alas kaki yang boleh dibawa masuk ke ruang baca. Di ruangan berpendingin itu juga diperdengarkan lagu-lagu dengan volume suara yang tidak terlalu tinggi, khas perpustakaan sekali. Suasananya sangat nyaman, cocok untuk membaca.
Saya datang bukan tanpa tujuan, bukan pula hanya untuk jalan-jalan. Ada beberapa buku yang memang saya niatkan untuk dicari di perpustakaan ini. Berjalanlah saya ke komputer yang disediakan untuk layanan pencarian buku. Ternyata, buku-buku yang saya cari tidak ada. Mungkin hanya belum tersedia, karena perpustakaan ini juga masih baru, masih dalam proses melengkapi koleksi buku sepertinya. Akhirnya saya berkeliling, berpindah dari rak satu ke rak berikutnya. Mencari buku yang menarik untuk dibaca. Singkat cerita, di tangan sudah ada tiga judul buku yang saya pegang. Saya juga sudah menemukan “posisi wuenak” yang pas untuk membaca. Halaman demi halaman saya baca. Detik berganti menit. Menit pun berganti jam. Tak terasa hari sudah sore, bahkan hampir petang. Hujan juga sudah reda. Buku yang saya ambil memang belum selesai semuanya, tapi sudah waktunya saya pulang. Keluar dari ruang baca, saya berjalan menuju ruang tunggu. Bagian informasi yang tadi siang dipadati pengunjung kini mulai sepi. Sebelum benar-benar pulang, saya putuskan untuk mendaftarkan diri jadi anggota. Syaratnya hanya KTP atau KTM, dan pendaftaran ini gratis. Setelah mengisi biodata, ada sesi foto untuk kelengkapan kartu anggota. Dengan menunggu selama tiga jam, kartu anggota sudah bisa diambil. Tapi, berhubung hari semakin mendekati petang, saya tidak menunggu pembuatan kartu anggota itu hingga selesai. Saya akhirnya pulang dan cerita selesai.
Jadi, kamu masih mengeluh jadi mahasiswa rantauan yang tak pulang? Ayolah, jadikan liburanmu liburan yang berkualitas. Selain ke perpustakaan, masih banyak destinasi lain yang menarik untuk kamu datangi. Juga masih banyak kegiatan seru dan positif yang bisa kamu lakukan di waktu libur ini, kan? Oke, selamat melanjutkan liburan teman-teman mahasiswa! (crew).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar