“Di
Beverly Hills sampah tidak dibuang, tetapi diolah menjadi acara televisi.”
--Woody
Alien (1935)—
Siapa
yang tidak tahu dengan televisi ? lazimnya kita tidak pernah memperhatikan apa
itu televisi dan apa pengaruhnya pada kita. TV telah menciptakan kemelekan
huruf juga telah menjadi media yang dipersalahkan banyak orang karena
meneguhkan budaya kita yang picik dan materialistis. Hasil makalah riset tahun
1970an, telah mengatakan bahwa televisi
memiliki dampak yang luar biasa kepada kita, yaitu masyarakat.
Pertelevisian
Indonesia misalnya, kita tahu bahwa acara yang dipertontonkan tidaklah sedikit
tentang sinetron, acara lawak, berita dan sebagainya. Sebagain besar isi dari
media televisi di Indonesia adalah tayangan hiburan sedangkan tayangan berita
memiliki porsi sedikit. Acara hiburan yang dikemas apik akan memberikan bintang
dihati masyarakat. Dengan demikian, akankah masyarakat hanya membutuhkan
hiburan untuk tontonannya setiap hari ?
Peran
pemerintah khususnya Komisi Penyiaran Indonesia lebih selektif terhadap acara
yang ditayangkan televisi, banyaknya acara hiburan seharusnya dapat diimbangi
dengan tontonan yang bersifat tuntunan. Bukan hanya orang dewasa saja yang
membutuhkan konsumsi hiburan, akan tetapi anak-anak pun membutuhkan acara yang
dapat menunjang pengetahuan, inovasi dan daya kreatifitas diharapkan mampu
menjadi tontonan serta tuntunan.
Selain
pemerintah, orang tua juga diharapkan mampu mengawasi atau bahkan menemani
anak-anak ketika menonton tayangan televisi. Bukan hanya sekedar menemani akan
tetapi turut serta memberikan gambaran atau review untuk anak, apa saja yang
mereka dapatkan dari acara tersebut.
Dampak terbesar dari tayangan
televisi adalah gaya hidup. Dimana kita telah menciptakan diri kita sendiri
untuk bisa sama dengan idola. Hal ini bearti bahwa kita telah mengimitasi diri
kita sendiri terhadap orang lain (idola). Dunia yang disuguhkan oleh televisi
merupakan dunia yang syarat akan keindahan. Tak hayal semua apa yang
dipertontonkan memiliki daya tarik sendiri bagi siapa saja yang menonton.
Materialistis adalah dunia yang diagungkan. Anehnya, khalayak terlalu mudah
untuk memberikan perspektif terhadap apa yang mereka lihat dan langsung
menerapkannya di kehidupan nyata. Jika sudah seperti ini, siapa yang salah ?
media membutuhkan khalayak agar rating tinggi dan menciptakan keuntungan bagi
pemilik acara, sedangkan masyarakat butuh pengetahuan maupun hiburan dari
televisi untuk melengkapi kehidupannya. Tidakkah ada ruang agar tontonan
berkualitas untuk kami ?
Penulis : Nike Nurjannah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar