Oleh
: Zakiya FR
Judul ; Animal Farm
Penulis ; George Orwell
Penerjemah ; Prof. Bakdi Soemanto
Tahun terbit ; Oktober 2016
Penerbit ; Bentang Pustaka
Jumlah halaman ; 142 halaman
Animal
farm akan mengantarkan pembaca pada pemahaman tentang pemberontakan, keadilan,
politik, serta cara memperlakukan kemerdekaan yang sebenarnya
Novel
ini bercerita tentang pemberontakan binatang di peternakan Manor terhadap
manusia. Malam itu, melalui orasi yang membara dari si tua Major, babi putih
yang terhormat, para binatang menyadari bahwa selama ini mereka telah
diperbudak dengan kejam. Telur-telur ayam betina dijual, susu sapi diperah
setiap harinya, tenaga kuda dikuras untuk mengolah kebun, sementara mereka
hanya diberi imbalan makan dan tempat tinggal. Kesadaran itu diperkuat dengan
adanya mimpi si Major tentang bagaimana kondisi bumi setelah manusia punah.
Dalam mimpinya pula, terngiang kembali lagu ‘binatang Inggris’, lagu yang
pernah dinyanyikan oleh para leluhur, beberapa tahun silam. Lagu itu lah yang
menjadi bahan bakar semangat pemberontakan para binatang. Mereka pun mulai
menyusun rencana untuk menggulingkan kekuasaan Jones, pemilik ‘peternakan
Manor’, untuk segera menggantinya dengan nama ‘Peterkan binatang’.
Pemberontakan
para binatang dipimpin oleh para babi, yang dikenal paling cerdas diantara
mereka. Terutama, dua babi yang unggul, Snowball dan Napoleon. Sebelum hari
pemberontakan, si tua Major meninggal. Maklum, ia sudah berusia 12 tahun.
Dipimpin oleh para babi, pemberontakan pun terjadi. Melalui persatuan dan
kesatuan, mereka berhasil mengusir Jones dan istrinya, serta seluruh anak
buanya dari peternakan.
Setelah
hari pemberontakan, lagu-lagu “Binatang Inggris” lebih sering dinyanyikan.
Mereka mulai membangun sistem peternakan yang baru. Tentunya, mereka akan
mengganti tulisan ‘peternakan Manor’ dengan ‘peternakan Binatang’.
Undang-undang pun disusun, memuat 7 ketentukan larangan dan kewajiban. Muncul
pula semboyan bagi para binatang, yakni “kaki empat baik, kaki dua jahat”.
Para
binatang mulai merasakan perubahan kehidupan yang lebih baik. Meskipun mereka
harus bekerja lebih keras dari biasanya, tapi setidaknya itu lebih trehormat.
Mereka dapat menikmati hasil jerih payah untuk diri sendiri. Sesuai dengan
pesan si Major, para binatang tidak boleh meniru satu pun gaya manusia. Karena
dengan meniru gaya mereka, sama saja dengan menjadi penindas. Misalnya, minum wiski, tidur di ranjang,
memakai pakaian manusia, membunuh binatang, merendahkan satu sama lain, dan
segala hal yang dilakukan manusia. Para binatang itu hanya perlu bergotong
royong, untuk mempertahankan peternakan binatang , saling menyayangi, saling
berbagi , dan perduli.
Namun,
semua hal indah itu tidak bertahan lama. Ketika nafsu berkuasa, segalanya
berubah menjadi lebih buruk. Diawali dengan
perseteruan Snowball dan Napoleon. Kedua babi ini memang selalu
mempunyai gagasan yang bertentangan. Hingga pada suatu hari, Napoleon berhasil
mengusir Snowball dari peternakan Binatang dan menjadi pemimpin tunggal.
Napoleon adalah babi yang rakus dan otoriter. Dia menjinakkan para binatang
dengan anjing-anjing penjaganya. Tidak ada satupun binatang yang berani melawan
perintahnya. Karena bagi siapa saja yang membantah, protes, atau menolak segala
ketentuan Napoleon, dia akan mati seketika, diterkam para anjing penjaga.
Kebijakan
baru mulai diterapkan. Para babi diberikan hak istimewa, melebihi binatang lain
nya. Tugas para babi hanya mengoceh dan memerintah. Mereka di izinkan utuk
menempati rumah Jones, yang sebelumnya tidak boleh ada satupun binatang yang
tinggal disana. Para babi pun mulai melakukan kebiasan-kebiasaan manusia,
seperti tidur di ranjang meminum Wiski, bahkan membunuh binatang lain. Semua
perbuatan mereka, dilegitimasi oleh 7 Undang-undang yang telah mereka rubah
redaksinya. Sehingga, tidak ada satupun binatang yang protes. Para babi itu
juga menciptakan lagu baru, yang menjunjung kepemimpinan Napoleon, dan melarang
para binatang menyanyikan lagu “Binatang Inggris”. Sementara para babi hidup
bermewah-mewahan dan tanpa susah sedikitpun, binatang yang lain seperti kuda,
sapi, ayam, bebek, mereka bekerja begitu keras setiap harinya. Tak perduli
apakah itu musim panas atau musim dingin, para binatang akan tetapa bekerja
keras untuk mempertahankan peternakan binatang yang sangat mereka cintai.
Tidak
ada satupun binatang yang menyadari ketertindasan mereka. Para binatang itu
terlalu bodoh. Maklum, hanya beberapa binatang saja yang mampu membaca. Mereka
juga terlalu lemah untuk mengingat hal-hal apa saja yang berubah sebelum dan
sesudah si Jones pergi. Mereka hanya bekerja, bekerja dan bekerja, tanpa
memperdulikan segala perubahan yang terjadi. Tidak ada perlawanan. Bagaimana
pula mereka akan melawan Napoleon, si pemimpin otoriter itu, jika dia selalu
dijaga oleh 7 anjing dengan taring-taring yang mengerikan. Tidak ada yang
berani.
Puncak
dari segala keburukan di Peternakan Binatang, terjadi saat Napoleon menjalin
kerjasama dengan selusin manusia. Mereka tampak akrab satu sama lain, duduk
melingkar pada sebuah meja sambil bermain kartu dan menimun anggur dari
gelas-gelas yang besar. Pada pertemuan itu lah, para binatang mulai memendam
rasa curiga. Betapa kaget nya mereka, saat mendengar perbincangan yang serasa
mustahil untuk didengar. Bagimana mungkin, Napoleon dan selusin manusia itu
merencakan utuk meniadakan Peternakan Binatang dan menggantinya kembali dengan
peternakan Manor. Bahkan, Napoleon telah bersepakat untuk menjalin kerjasama
dengan manusia, musuh yang senyata-nyatanya bagi para binatang sejak
pemberontakan dilakukan. Sungguh pun demikian, tidak ada bedanya antara Babi
dan Manusia. Mereka sama-sama menjadi lakon penindas, dalang kesengsaraan bagi
kaum sesamanya.