Teladan dan Refleksi Profesi Wartawan
Judul : Yogya Bercerita ; Catatan 40 Wartawan Ala Jurnalisme Malioboro
Penyunting : Sutirman Eka Ardhana
Penerbit : Tonggak Pustaka
Tahun terbit : Februari 2017
Jumlah halaman : 294 halaman
Cetakan ke : pertama
Melalui kisah pengalaman dari 40 wartawan sepuh Yogyakarta, kita akan mendapatkan pemahaman tentang dunia kewartawanana secara real di lapangan. Ada wartawan dari Kedaulatan Rakyat, Suluh Marhaen (Sekarang Bernas), Harian Masa Kini, Minggu Pagi, Suara Karya, Harian Eksponen, Republika, Suara Merdeka, Harian Antara, dan TVRI. Dari beberapa surat kabar tersebut, ada sebagian surat kabar yang sudah gulung tikar, dan ada juga yang masih eksis sampai sekarang.
Profesi wartawan memang bukan profesi yang mudah. Bahkan, penuh resiko kekerasan, terutama pada masa Orde Baru, dimana kebebasan pers saat itu masih menjadi barang mahal. Mulai dari diberlakukan nya SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers), sampai pada keharusan wartawan untuk menjadi anggota PWI. Karena pada masa Orba, hanya ada dua organisasi wartawan yang diakui oleh pemerintah. Yaitu PWI (persatuan wartawan indonesia) dan SPS (serikat penerbit surat kabar). Belum lagi kesulitan dan bahaya yang dialami wartawan ketika melakukan liputan di daerah rawan konflik. Mereka harus menggunakan rompi biru, untuk keamanan diri. Ada juga wartawan yang menceritakan pengalaman nya ketika ingin wawancara dengan presiden Soeharto, tapi harus mengikuti prosedur yang luar biasa sulit. Juga pengalaman wartawan, ketika malam-malam didatangi sekelompok orang tak dikenal, yang membawa senjata, sembari menggertak. Alasan kedatangan mereka karena tidak terima dengan pemberitaan yang ditulis oleh wartawan tersebut. Padahal, seharusnya kalau seseorang (objek berita) tidak terima dengan pemberitaan tentang dirinya, dia dapat melakukan hak jawab, tanpa harus melakukan teror terhadap wartawan.
Bahkan, ada kutipan dari seorang wartawan tentang bagaimana kesulitan menjalankan profesi wartawan pada masa Soeharto. “Dimasa orba, wartawan penuh dengan tekanan oleh aparat. Pemerintah sangat protektif terhadap isi berita, bahkan kalimat demi kalimat. Meskipun itu sifatnya teknis”. Memang begitulah gambaran kondisi pers, pada masa orde baru. Tidak jarang pula, pemerintah melakukan pembredelan ke beberapa media. Meskipun demikian, dengan ketatnya peraturan pemerintah terhadap pers, wartawan bisa menjadi sangat bertanggungjawab terhadap tugas-tugas nya. Namun, tetap saja bekerja di bawah tekanan itu bukan hal yang menyenangkan.
Dari 40 wartawan yang berkisah, ada 5 wartawan perempuan. Pengalaman mereka pun cukup menarik. Karena jumlah wartawan perempuan memang selalu lebih sedikit dibandingkan wartawan lelaki. Ada yang bercerita tentang pengalaman nya melakukan liputan dengan narapidana kelas kakap. Disebut kelas kakap, arena narapidana ini memang termasuk yang paling lama masa tahanan nya. Juga pengalaman ketika melakukan wawancara dengan waria, dan ada pula yang pernah menjadi kepala pemberitaan di TVRI Surabaya.
Selain berbahaya, profesi wartawan juga merupakan profesi yang menguntungkan. Karena dengan menjadi wartawan, mereka akan sering bertemu dengan banyak orang dari berbagai kalangan, mulai dari tukang becak sampai presiden. Sehingga, wartawan mempunyai pengalaman bertemu dengan orang-orang dari berbagai kelas sosial, dan membuat mereka mempunya banyak jaringan atau relasi. Ini lah salah satu keuntungan menjadi wartawan. Selain itu, jika si wartawan mendapatkan tugas meliput di luar negeri, itu juga menjadi bonus bagi wartawan untuk menjelajah dunia tanpa menguras kantong. Karena untuk biaya akomodasi dan lain-lain nya, sudah ditanggung perusahaan.
Menjadi wartawan, juga dituntut untuk mempunyai beberapa kemampuan. Seperti kemampuan berbahasa inggris, mempunyai banyak pengetahuan, harus senang membaca, senang menulis, dan harus berani. Berani berkata benar jika itu memang benar, dan berani berkata salah jika itu memang salah. Beberapa kisah menarik yang saya dapatkan adalah kisah Pak Sutirman ketika wawancara dengan pedagang sukses. Si pedangang menyatakan bahwa kunci sukses dagang nya adalah karena dia mempunyai andeng-andeng di bawah pusar. Bahkan, dia sampai memperlihatkan andeng-andengn nya itu kepada Pak Sutirman, selaku pewawancara. Tentu hal itu membuat Pak Sutirman shock. Ada juga pengalaman Pak Eko yang waktu itu menjabat sebagai ketua PWI Yogyakarta. Dia menyatakan bahwa merawat wartawan itu sulit. Pada waktu itu, pak Eko berencana mendirikan perumahan untuk wartawan. Karena pak Eko melihat banyak wartawan yang merasa kesulitan untuk mencari tempat tinggal. Hanya saja, respon dari wartawan nya sendiri yang tidak mendukung. Niat Pak Eko adalah meningkatkan kesejahteraan wartawan, tapi wartawan nya sendiri sulit untuk diajak sejahtera.
Dari membaca buku ini, saya juga mengetahui hal baru tentang Jogja. Seperti asal muasal terminal Giwangan, yang dulunya itu ternyata adalah tempat lokalisasi, yang disebut sebagai Pesanggrahan (SG). Dahulu, di SG tersebut, juga pernah diadakan lomba MTQ tingkat PSK. Ada pula wartawan yang meliput tentang perjuangan Romo Mangunwijaya dalam menolak penggusuran warga kalicode, yang tinggal di bawah jembatan Gondolayu. Pada waktu itu, demi menolak penggusuran, Romo Mangunwijaya sampai berjanji akan puasa sampai mati.
Dengan membaca pengalaman wartawan sepuh, generasi wartawan muda saat ini, dapat meneladani beberapa hal. Seperti susahnya mempertahankan idealisme, yang pernah dialami oleh Muchtar Lubis. Waktu itu, surat kabar yang dipimpin nya, Indoensia Raya, diancam akan ditutup jika menyiarkan skandal korupsi. Tapi mochtar lubis memilih mepertahankan idealisme nya, dengan tetap menyiarkan berita tersebut. Karena baginya, yang paling utama adalah menjalankan tugas jurnalistik dengan benar. Dan memang, setelah menyiarkan berita skandal korupsi, Indonesi Raya dibredel dan ditutup. Tantangan wartawan lainnya adalah menahan diri untuk tidak menerima suap, dan tahan godaan amplop beserta isi nya.
Ada satu kutipan menarik dari wartawan senior, Rosihan Anwar, tentang bagaiaman kita harus memandang profesi wartawan. “Apa yang kau cari wartawan? Bagaimanakah kau memandang peran dan tugasmu dalam situasi sekarang dan perkembangan di tahun-tahun mendatang? Apakah yang kau cari itu kekuasaan dan kejayaan, kedudukan dan kepangkatan, kelayakan dan kesenangan? Atau, adakah yang lain, terasakan ada, terkatakan tidak?”. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat menjadi bahan perenungan kita bersama. Khusus nya bagi para wartawan muda, yang menjalankan tugas nya sebagai alarm atau pengingat pada struktur yang melenceng.
By : Zakiya FR
LPM Bukit merupakan salah satu lembaga pers di UIN Sunan Kalijaga Yogyakara. LPM yang berdiri pada 1 Juni 2012 ini berada dibawah naungan Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi. LPMBukit dibentuk sebagai wadah mahasiswa KPI dalam menyalurkan minat dan bakatnya dalam dunia Jurnalistik.
Senin, 22 Mei 2017
Jumat, 19 Mei 2017
Peraturan Untuk Dilanggar?
Sumber: http://kabarinews.com
Indonesia merupakan
negara dengan penduduk terbesar keempat dunia dengan total populasi sekitar 255
juta penduduk yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.[i]
Salah satu negara di Asia Tenggara yang terkenal karena kemajemukannya ini
telah banyak disorot dari berbagai penjuru dan menarik siapapun untuk datang berkunjung menyaksikan
secara langsung. Budaya, bahasa, suku, agama dan ras berbaur menjadi satu di
dalam bumi nusantara di bawah semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Heterogenitas yang
melekat dalam diri Indonesia tak serta merta mendatangkan keuntungan. Ada
beberapa aspek yang menjadikan Indonesia mendapatkan persepsi negatif, bahkan
fenomena tersebut telah menjadi budaya bagi masyarakat Indonesia. Adanya
berbagai macam peraturan yang berlaku merupakan bagian dari upaya menertibkan
masyarakat sehingga tercipta kehidupan yang aman dan damai. Baik peraturan
lisan maupun tulisan merupakan suatu hal yang telah disepakati bersama serta
memiliki sanksi bagi siapapun yang melanggar.
Peraturan yang berlaku
tidak semuanya bersifat mutlak. Ada beberapa peraturan yang setiap waktu
mengalami perubahan. Namun bukan itulah yang akan dikritisi, melainkan
kekonsistenan dan kepatuhan para pelakunya dalam melakukan setiap peraturan yang berlaku. Sepertinya kita harus
menanyakan kepada diri sendiri. Apakah selama ini saya selalu mematuhi
peraturan-peraturan yang ada? Tentu dari pertanyaan tersebut hanya diri
sendirilah yang mampu menjawabnya, karena diri sendiri tidak akan mungkin
berbohong. Pernahkah anda di saat lampu lalu lintas berwarna merah, kendaraan
anda tetap melaju? Pernahkah saat di lingkungan anda terdapat tulisan “Buanglah
sampah pada tempatnya”, anda membuang seenaknya saja dimanapun anda suka? Dan
pernahkah anda saat berada di lingkungan yang terdapat tulisan “No Smoking”,
anda tetap menghisap rokok anda? Tentunya beberapa pertanyaan tersebut hanya
diri kalianlah yang dapat menjawabnya.
Pertanyaan di atas
merupakan sekelumit dari beberapa peraturan yang ada di lingkungan kita.
Masalahnya adalah mengapa diri ini terlalu bebal untuk bisa memahami perintah
yang sudah dituliskan dengan huruf-huruf yang begitu jelasnya. Kecuali
penglihatan ini tak mampu untuk melihat atau tidak bisa membaca. Mirisnya lagi
adalah ketika kita sudah membaca perintah tersebut dan pura-pura tidak tahu.
Sementara sanksi-sanksi yang diterimanya telah membuatnya menjadi kebal bukan
jera. Suatu hari saya nyaris menjadi pelaku pelanggaran peraturan. Di salah
satu masjid universitas di Yogyakarta, terdapat bagian yang tidak diperbolehkan
untuk sholat di tempat itu bahkan telah diberi tulisan “Mohon tidak sholat di
sini”. Namun saya melihat masih ada beberapa orang yang tetap melakukan sholat
di tempat tersebut padahal tulisan peringatan itu cukup jelas terbaca. Lalu
teman saya yang berasal dari Sulawesi memperingatkan saya dengan mengatakan, (maaf
dengan bahasa yang santai) “Lu berlajar bahasa Indonesiakan? Jelas-jelas udah
ada tulisan gak boleh sholat di sini, ya jangan dilanggar.” Kurang lebih
seperti itulah bentuk peringatan teman saya yang bermaksud baik mengingatkan
saya akan peraturan tersebut. Dan di dalam hati saya mengucapkan “Terima kasih
banyak” atas bentuk keperdulian teman saya tersebut.
Rasa patuh dan taat
akan peraturan merupakan karakter yang seharusnya dilatih dan ditanamkan sejak
dini, yakni melalui kebiasaan untuk mendisiplinkan diri dan memahami
betul-betul bahwa sikap disiplin dan tanggung jawab yang dimiliki adalah untuk
kemaslahatan. Bukan semata-mata hanya sebagai formalitas tunduk dan menghormati
peraturan yang sudah dibuat.
Negeri Sakura dapat
dijadikan salah satu contoh untuk penerapan sikap disiplin. Sudah familiar
tentunya, bahwa Jepang memiliki tingkat produktivitas yang tinggi berkat
kedisiplinannya dan juga orang Jepang terkenal karena etos kerjanya yang luar
biasa. Seperti apakah bentuk kedisiplinan yang membudaya di Jepang dan mampu
menjadikan negara ini sukses?
1.
Prinsip
Disiplin Samurai
Prinsip
disiplin samurai yang mengajarkan untuk tidak mudah berputus asa. Pada awalnya
prinsip disiplin samurai ini lahir dari harakiri
(bunuh diri) dengan menusukkan pedang ke perut jika kalah bertarung. Dan
prinsip tersebut ternyata masih awet dan tertanam hingga saat ini, namun
digunakan untuk membangun ekonomi, menjaga harga diri, dan kehormatan bangsa
secara teguh.
2.
Prinsip
Bushido
Prinsip ini mengajarkan tentang semangat
kerja keras yang diwariskan turun temurun dan melahirkan proses belajar yang
tak kenal lelah.
3.
Konsep
Budaya Keishan
Konsep budaya ini menuntut kerajinan,
kesungguhan, minat dan keyakinan hingga akhirnya timbul kemauan untuk selalu
belajar dari orang lain.
4.
Prinsip
Kai Zen
Prinsip ini mendorong bangsa Jepang
memiliki komitmen tinggi pada pekerjaan. Perlu untuk selalu melaksanakan dan
menyelesaikan pekerjaan sesuai jadwal agar tidak menimbulkan pemborosan.
5.
Prinsip
jika perusahaan untung besar, pekerja juga akan untung
Prinsip inilah yang melahirkan sikap dan
mental kerja yang positif.
6.
Malu
pulang lebih cepat
Hal ini sepertinya berbanding terbalik
dengan realita di Indonesia. Tak banyak
orang yang rela untuk lembur dan menyelesaikan pekerjaan mereka hingga rampung.
Bahkan sebelum jam usai pekerjaan, sudah menyiapkan tas-tas mereka dan bersiap
untuk meninggalkan kantor. Berbeda dengan Jepang. Orang Jepang berpandangan
bahwa pulang lebih cepat dianggap sebagai pekerja yang tidak penting dan tidak
produktif. Bahkan tanpa adanya pengawaspun mereka dapat bekerja dengan baik,
penuh dedikasi dan disiplin.
7.
Waktu
kerja dan istirahat digunakan dengan baik
Ketika jam 8 pagi masuk kerja, tak ada
lagi obrolan dan canda, mereka langsung bekerja di komputer masing-masing atau
sibuk di depan workstation
masing-masing. Sedangkan ketika jam makan siang, mereka menghentikan aktivitas
dan bercanda ria dengan teman-teman mereka. Lah.. kalau di Indonesia gimana
ya?? Enggak jam kerja enggak waktu
istirahat kayaknya masih sempat untuk ngobrol.
8.
Tidur
30 menit di waktu istirahat
Jika 60 menit jam makan siang, rata-rata
pekerja membagi 30 menit untuk urusan makan siang, 30 menit untuk tidur sejenak
guna memulihkan energi lagi. Balance
bukan???
9.
Disiplin
pada hal kecil
Langsung ke contohnya aja nih. Di Jepang jika ada
sampah yang jatuh di area kerja, harus dipungut dengan tangan kosong, jika
menemukan punting rokok atau permen karet, harus segera dipungut, tidak perduli
siapa yang membuangnya dan tidak boleh berpura-pura seolah tidak melihatnya.[ii]
Beberapa bentuk
kedisiplinan yang menjadi budaya Jepang di atas harusnya membuat iri siapapun
yang mempunyai keinginan dan semangat untuk maju. Boleh gak sih ditiru? Harus. Jika kita masih memegang erat rasa “gengsi”,
kapan kita akan maju? Malu, yang lain sudah bisa keliling dunia sedangkan kita
masih berkutat di negara sendiri mencari strategi membenahi kerusakan yang
terjadi. Sedangkan strategi tersebut sudah disediakan dan telah terbukti
keberhasilannya. Budaya Keishan sepertinya patut ditiru, yakni untuk belajar
kepada orang lain. Dalam hal ini kita dapat belajar kepada orang-orang Jepang.
Lalu kapan kita akan
memulainya? Tidak ada kata terlambat
untuk berubah menjadi yang lebih baik. Berubahlah detik ini juga dan
biasakanlah. Lalu ajarkan, tanamkan dan biasakanlah untuk
keturunan-keturunanmu. Jika budaya tersebut terus dijalankan, cita-cita untuk
menjadi bangsa dengan generasi-generasi uggul dengan mengedepankan kedisiplinan
akan terwujud.
Mulailah untuk peka
terhadap lingkungan di sekitarmu. Hal kecil yang dapat kalian benahi maka
benahilah. Jika melihat sampah tercecer, maka pungutlah dan buanglah ke tempat
sampah. Jika melihat puntung rokok, maka pungutlah dan buanglah ke tempat
sampah. Jika berkendara, patuhilah warna-warna lampu lalu lintas yang telah
ditetapkan demi keselamatan bersama. Jika terdapat tulisan “No Smoking”, maka
simpanlah dulu rokokmu dan carilah tempat yang disediakan untuk merokok dan
jauh dari masyarakat. Dan segala macam peraturan lainnya. (Widya R/BUKIT)
[ii] Nurul Aulia Rachma, 2014, Belajar Menerapkan Budaya Disiplin Kerja
Bangsa Jepang dalam Menghadapi AEC 2015, http://www.kompasiana.com/nurulauliarachma/belajar-menerapkan-budaya-disiplin-kerja-bangsa-jepang-dalam-menghadapi-aec-2015_54f43087745513942b6c88c7
Kamis, 18 Mei 2017
Ibnu Rosyid: Mengajar Sembari mendongeng
Ibnu
Rosyid: Mengajar sembari mendongeng
“Mendongeng adalah salah satu cara terbaik
untuk mengenalkan Islam kepada anak-anak” ucap Kak Ros. Kak Ros merupakan nama
julukan dari Ibnu Rosyid, pemuda mungil bertubuh gempal asal Kebumen yang
sangat dekat dengan dunia anak-anak. Kak Ros mengaku sangat menyukai dunia
anak-anak. Mendongeng, menjadi guru dan pembina anak-anak MI pun dilakoninya.
Sepak terjangnya di dunia anak-anak sudah pun masih bisa dikatakan sudah agak
lama, pemuda yang lahir tanggal 17 Agustus tahun 1989 ini menyukai dunia
anak-anak semenjak ia masih duduk di bangku perkuliahan semester 1 di tahun
2008.
Kak
Ros dekat dengan dunia anak-anak pun bisa dikatakan dimulai dari nol. Waktu MA,
hubungannya dengan dunia anak pun hanya sekedar menjadi pedagang di sekitar TPA
di musholla dekat rumahnya. Dengan mengayuh ontel, setiap pulang sekolah Kak
Ros pergi ke pasar untuk membeli jajanan yang kemudian ia sampirkan ke tubuhnya
untuk dijual di TPA mushola mdekat umahnya. Ia menjual jajanan untuk menambah uangsaku sekolah dikarenakan jarang diberikan uang saku oleh kedua orang tuanya.
Hal tersebut pun menjadi
alas an
mengapa
kak
ros
tak
bias
aktif di organisasi
sewaktu MA.
“Lah gimana lagi mbak, saya dulu itu Cuma jadi anak sepu-sepu, sekolah pulang,
habis sekolah pulang mbak, rumah saya jauh dari MA, dan saya sekolahnya pake
onthel, kalo pagi udah pasti telat, pulangnya sudah harus langsung pulang
soalnya harus jualan” tutur Kak Ros ketika diwawancarai di Masjid Jami’ Gaten
siang itu.
Awal Kak Ros menyelami dunia anak-anak
hanyalah sebatas menjadi guru TPA, dikarenakan Kak Ros mengikuti salah satu
organisasi di Pondok Pesantren Wahid Hasyim, tempat dimana ia tinggal, yaitu
Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) mewajibkannya untuk ikut serta dalam mengajar
TPA setiap minggunya. Awalnya memang tak mudah, Kak Ros yang anak pendiam,
sekedar menjawab salam pun takut, menjadi guru TPA. Panas dingin awalnya, akan
tetapi ia beranikan diri untuk menyapa murid TPA. Tapi keberanian itu
membuahkan hasil, ternyata murid TPA banyak yang menyukai Kak Ros. Nama Kak Ros
pun ia ciptakan dari nama Rosyid untuk lebih mudah diingat oleh anak-anak
karena anak-anak dekat dengan kartun Upin Ipin kala itu.
Sekarang
ini, sembari menyelesaikan S2 nya di jurusan PGMI di UIN Sunan Kalijaga, ia
juga mengajar MI dan menjadi waka kurikulum di MI Wahid Hasyim, menjadi MC di
acara anak-anak, dan juga dengan mendongeng di berbagai acara. Kak Ros mengaku
dalam mendongeng pun ia punya ciri khas tersendiri, kalau pendongeng pahlawan
bertopeng selalu memakai topeng, pendongeng kak citra memakai boneka sebagai
media. Nah, kalau Kak Ros ini menggunakan tubuhnya sendiri untuk menarik
anak-anak. Misalkan ada tokoh harimau, kak Ros pun langsung bergaya layaknya
harimau dan mengaum. Kak Ros juga mengaku bahwa ia ingin menciptakan karakter
Kak Ros yang baik, bukan seperti yang anak-anak lihat di kartun Upin dan Ipin, jahat
dan menyebalkan. Maka dari itu, kak Ros pun menciptakan julukan untuknya
sendiri yaitu Kak Ros SSB (Senyum Senyum Bahagia) karena ia berharap anak-anak
yang melihat Kak Ros mendongeng, tersenyum dan bahagia.
Dalam
mendongeng, Kak Ros pun menyisipkan berbagai dakwah Islam dan mengajak
anak-anak untuk berinteraksi langsung dengan Kak Ros. Misalkan ketika ia
menceritakan bahwa ada sorang lelaki bernama Paijo dan ia akan makan tetapi
lupa do’a sebelum makan, maka Kak Ros pun bertanya dan mengajak anak-anak untuk
mengucapkan doa sebelum makan. Kak Ros menambahkan, bahwasanya pesan moral dan
dakwah akan semakin mudah tersampaikan melalui dongeng.
Tak
hanya ahli mendongeng, Kak Ros pun senang mengeksplore kemampuan para siswi MI,
salah satunya adalah dengan mengadakan mading di MI, dan mengajar ekstra
mewarnai. Sewaktu mengajar pun ia tak terlalu terpatok pada materi, akan tetapi
lebih kepada disisipi cerita dongeng yang tersirat pesan moral. Mengajar dan mendogeng pun ia
lakoni
sebagai media dakwah,
makadariitu, ia tak pernah menetapkan bayaran atas mendongeng maupun mengajar.
Berkecimpung
di dunia anak tak membuat dunia Kak Ros sebatas dengan dunia anak-anak saja,
kak Ros pun sudah berkelana di organisasi pesantren. Oswah (Organisasi Santri
Wahid Hasyim), Devisi Sastra eL-Sip (Lembaga Seni Pesantren), LPM (Lembaga
Pengabdian Masyarakat), dan menjadi bendahara Madrasah Diniyyah pun masih
dijalaninya. Alumni S1 PAI UIN ini pun dulunya merupakan PPL dan KKN terbaik
pada masanya. Hal ini membuktikan bahwa seseorang yang mau berusaha dan mau
berubah akan dapat berubah sesuai apa yang ia impikan. Hal yang ia impikan
sewaktu sudah kembali ke Kebumen, yaitu membangun perpustakaan dan menjadi
seseorang yang dapat bermanfaat bagi anak-anak dan warga di desanya. “Bermanfaat
buat lingkungan yang membesarkan saya itu sudah luar biasa”
Selasa, 16 Mei 2017
5 Angkringan terkenal dijogja
jogja,
dengan julukan kota istimewa rasanya apa saja dapat kita temui disana. Mulai
dari institusi pendidikan, tempat belanja, tempat wisata, hingga tempat
nongkrong dengan mudah bisa kita temukan. Salah satu tempat yang mudah
ditemukan di jogja adalah angkringan, gerobak sederhana dengan beratapkan
terpal ini menjual berbagai makanan yang digemari oleh semua kalangan seperti
nasi kucing, sate telur puyuh, gorengan, sate usus, dan juga berbagai macam
minuman seperti wedang jahe dan susu jahe. Nasi kucing menjadi menu khas dari angkringan,
sekepal nasi dengan sedikit oseng oseng tempe atau teri lalu dibungkus dengan
daun pisang dan kertas.
Selain
menjadi tempat asyik untuk nongkrong dan berdiskusi dengan teman. Angkringan juga
menjadi tempat favorit para mahasiswa ketika akhir bulan. Harga yang ekonomis
membuat mahasiswa sering menghabiskan akhir bulan di tempat angkringan
.
Berikut
merupakan 5 angkringan yang terkenal dijogja :
1.
Angkringan
lek man dan kopi jos yang legendaris
Angkringan yang terkenal dengan kopi josnya sebagai minuman
spesial. Segelas kopi panas lalu dicampur dengan arang yang masih menyala.
Sedangkan menu makanannya hampir sama dengan angkringan pada umumnya sate telur
puyuh, sate usus, sate kulit dll. Angkringan Lek Man terletak ditempat yang
strategis yakni distasiun Tugu Yogyakarta. Maka tak heran jikan angkringan ini
tak pernah sepi dari pengunjung.
2.
Angkringan
KR, tempat kumpul dan berdiskusi
Angkringan pak Jabrik atau yang lebih dikenal dengan angkringan KR
memang menjadi angkringan yang paling ramai dan terkenal di jogja. Bertempat diteras
kantor Kedaulatan Rakyat, angkringan ini hampir dipastikan tidak pernah sepi
apalagi ketika weekend tiba. Menu yang disajikan pun hampir beragam dan lengkap
dibandingkan dengan angkrigan lainya. Tempatnya yang luas menjadikan angkringan
ini sering menjadi tempat berkumpul dan berdiskusi mahasisiswa maupun komunitas
komunitas yang ada dijogja.
3.
Angkringan
Klebengan
Selain tempatnya yang dekat dengan kampus UGM dan UNY. Angkringan klebengan
ramai juga karena tempatnya yang luas. Angkringan yang satu ini terkenal dengan
tambahan kecap manis di gorengan dan lauk yang dibakar ulang.
4.
Angkringan
sendang
Angringan ini merupakan salah satu angkringan yang paling hits di
Jogja. Angkringan ini ada di dua tempat, didepan resto Sendang Ayu dan di dekat
STTNas. Angkringan ini mempunyai.menu dari gorengan hingga baceman.
5.
Angkringan
pak Jack
Angkringan ini terletak ditempat yang startegis yakni di Jl Jend
Sudirman atau disebelah barat jembatan Gondolayu. Menu makanan di angkringan
ini cukup berbeda dibandingkan angkringan pada umumnya yakni adaya nasi kuning.
Angkringan ini hampir dipastikan tidak pernah sepi pada malam hari.
Itulah beberapa angkringan terkenal di Jogja semoga bisa menjadi referensi kamu ketika berada di kota Jogja.
Jumat, 12 Mei 2017
Mataram Civet Coffee
Indonesia selalu menyimpan berbagai macam keunikan di
dalamnya. Dari Sabang sampai Merauke banyak sekali keanekaragaman yang dapat
digali dan ditelususri. Budaya, bahasa, suku, maupun kuliner tersaji secara
melimpah di bumi Nusantara. Salah satu kota yang menawarkan sejuta destinasi
wisata, budaya, sejarah dan kuliner melengkapi Indonesia. Daerah Istimewa
Yogyakarta menjadi salah satu pilihan yang wajib kalian masukkan dalam daftar
jalan-jalan kalian.
Siapa
yang tak kenal dengan kopi??? Minuman berwarna hitam yang akrab dengan para
laki-laki namun tak bisa dipungkiri bahwa cita rasa kopi turut menarik
perhatian lidah perempuan. Bagi para pecinta kopi tentu tidak asing lagi dong
dengan Kopi Luwak (Civet Coffee). Biji
kopi yang melalui proses pencernaan seekor luwak yang kemudian dikeluarkan
melalui anus tak disangka dapat menjadi minuman yang memiliki nilai ekonomi
tinggi disamping prosesnya yang unik.
Luwak mempunyai sistem pencernaan yang sederhana,
sehingga makanan yang sifatnya keras seperti jenis biji kopi pasti tidak akan
tercerna dengan baik. Dan sisi baik yang lainnya adalah biji kopi yang masih
ada di dalam perut luwak ini akan mengalami fermentasi dengan cara yang alami
sebelum keluar bersama kotoran luwak. Fermentasi yang terjadi di dalam saluran
pencernaan luwak ini akhirnya menghasilkan aroma dan juga rasa kopi yang nikmat
dan spesial. (http://hargakopiluwak.org/sejarah-kopi-luwak)
Kedai Kopi Luwak yang saya sambangi adalah Kopi Luwak
Mataram yang berlokasi di Jalan Pelemwulung No. 15, Banguntapan Bantul,
Yogyakarta, Jawa Tengah. Kedai kopi yang mengusung nuansa bangunan Joglo ini
telah dirintis oleh bapak Edi Prabowo di tahun 2013 lalu. Berniat membuka usaha
kedai kopi yang berbeda dari kopi-kopi yang lain dan masih jarang serta
memiliki peluang yang lebih besar. Kedai Kopi Luwak Mataram yang buka setiap
hari pada pukul 08.00 hingga 19.00 WIB
ini khusus mendatangkan biji-biji kopi terbaiknya dari daerah Temanggung, Jawa
Tengah.
Jenis kopi Arabica yang memiliki cita rasa yang enak
dan tidak begitu pahit menjadi kopi andalan
yang disajikan di Kedai Kopi Luwak Mataram ini. Selain rasanya yang
enak, harga kopi jenis ini pun cukup mengejutkan. Per kilonya dapat mencapai
harga 1 hingga 2 juta rupiah. Namun jangan salah… dijamin sebanding kok sama rasanya yang istimewa. Si Luwak
gak bakalan kok makan biji-biji kopi
yang gak berkualitas. Keliatan profesional banget gak sih… si Luwak???
O… ya, kedai kopi ini juga
menyediakan kopi-kopi yang dikemas dan siap dijadikan oleh-oleh lo… So, jangan khawatir untuk pulang dengan
tangan kosong ya, guys. By the way ngopi di kedai ini seru juga lo.
Dengan merogoh kocek sebesar Rp 30.000 kalian udah bisa menikmati secangkir kopi luwak Arabica yang nikmat.
Suasana pedesaan yang jauh dari hiruk pikuk kendaraan dan juga desain bangunan
Joglo didukung dengan lukisan-lukisan menawan yang dijamin bikin betah
pengunjung deh.. Apalagi kedatangan
kalian akan disambut dengan senyuman ramah para karyawan Kedai Kopi Luwak
Mataram. Pokoknya recommended buat
kalian yang coffee lovers.
Tak hanya pengunjung dalam negeri saja yang datang ke
Kedai Kopi Luwak Mataram ini. Turis-turis mancanegara juga banyak yang
berkunjung ke kedai kopi luwak ini karena rasa penasaran mereka dengan proses kopi
asli Indonesia yang berbeda dengan kopi di negara mereka. Menurut salah satu
karyawan kedai kopi luwak, ibu Mimin yang telah bekerja di kedai tersebut
selama 3 tahun mengatakan bahwa sudah banyak turis-turis mancanegara yang
berkunjung ke kedai kopi luwak tersebut. Jepang, Belanda, Prancis dan
negara-negara lainnya. Sehingga karyawan-karyawan yang bekerja di kedai kopi
luwak tersebut diiwajibkan untuk dapat berbahasa asing seperti bahasa Inggris,
Jepang dan Mandarin. Beberapa karyawan merupakan mahasiswa salah satunya adalah
dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Untuk
turis yang berasal dari Jepang, mayoritas akan banyak berkunjung di bulan Mei
karena di bulan itulah mereka memiliki waktu liburan. Keunikan-keunikan dalam
melayani pelanggan mancanegara pun turut dirasakan oleh ibu Mimin. Seperti
halnya turis Jepang biasanya akan bertanya lebih singkat dibandingkan dengan
turis-turis dari negara barat. Turis Jepang hanya akan mengambil video,
menanyakan proses pembuatan, mengicipi kopi luwak dan setelah itu mereka akan
meninggalkan kedai. Sedangkan turis-turis dari negara barat biasanya akan bertanya
secara mendetail mulai dari sejarah kopi luwak hingga siap disajikan.
Perlu diketahui bahwa
Kedai Kopi Luwak Mataram ini tidak membuka cabang ya, guys. Jadi kalian bisa langsung datang ke kedai kopi Luwak ini atau
bisa juga memesan secara online melalui
email: kopiluwakmataram@yahoo.com
atau facebook: Kopi Luwak Mataram. (Widya R/BUKIT)
Langganan:
Postingan (Atom)