Jogja-Berawal dari kegelisahan terhadap nasib anak-anak miskin kota, Faiz Fakhrudin beserta komunitas anak jalanan mendirikan sekolah Gajah Wong. Sekolah untuk anak-anak pinggiran ini berlokasi di bantaran sungai Gajah Wong, warga ledhok Timoho, Muja Muju, Jogja.
Sekolah Gajah Wong didirikan sekitar lima tahun silam oleh salah satu warga ledhok timoho yang prihatin oleh nasib pendidikan warganya. Sangat ironis sekali karena sekolah ini terletak persis di belakang perumahan dosen APMD. Ketimpangan sosialnya sangat kentara sekali.
“kami ingin memutus rantai kemiskinan. Salah satu cara yang bisa kami lakukan ya hanya ini. Membangun sekolah untuk anak-anak jalanan. Jangan sampai nasib mereka sama dengan orang tua mereka,” papar Faiz.
Sekolah ini memiliki lima guru inti yang setiap hari mengajar secara bergantian. Karena keterbatasan ruangan, sekolah anak-anak bantaran sungai ini hanya memiliki dua ruang kelas. Kelas tersebut terbagi menjadi kelas akar dan rumput. Kelas akar dipeuntukkan bagi anak-anak usia tiga sampai lima tahun. Sedangkan kelas rumput berisi anak-anak usia lima sampai tujuh tahun.
Sistem kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran adalah hak anak. Didalam hak anak terdapat hak untuk hidup, hak memperoleh pendidikan, hak tumbuh kembang dan hak partisipasi. Faiz mengaku bahwa sistem belajar di sekolah pinggir kali ini bersifat tematik. “Anak-anak disini belajar dari tema yang diangkat. Dengan tema tersebut anak bisa belajar banyak hal,” pungkas salah satu pendiri gajah wong ini.
Anak-anak yang bersekolah disini tidak dipungut biaya sepeser pun. Untuk dana operasional sekolah, Sekolah gajah wong memiliki cara tersendiri untuk mengatasinya. Mereka memiliki peternakan kambing di belakang gedung sekolah. Selain itu Pengurus sekolah gajah wong juga melakukan bisnis menjual kaos kepada para pengunjung ataupun berjualan dengan online. Sumber dana yang terakhir adalah program sampah untuk anak.
Sampah dari masyarakat di donasikan ke sekolah ini yang nantinya digunakan untuk media pembelajaran bagi anak.
Sayangnya pemerintah belum memperhatikan Sekolah anak-anak pinggiran ini. Selain itu sekolah ini juga belum memiliki donasi tetap. “ Pemerintah belum memperhatikan kami. Untuk membangun gedung ini saja kita harus bergotong royong swadaya dari masyarakat pinggir sungai,” kata Faiz di akhir perbincangan. (crew)
Penulis: Isti Khomalia
Kontak
Facebook: Isty Flo
Instagram: @hey_amazingisty
Ig @amazingisty
BalasHapus