Di pesona budaya kali ini, kita akan memberikan sedikit mengenail tradisi - tradisi yang ada di Yogyakarta, khususnya di lingkungan Kraton Yogyakarta dan masyarakat Yogyakarta dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan (Poso). Tradisi ini biasanya dilaksanakan pada bulan Ruwah (Sya'ban) Dalam kalender Jawa bulan ini berada tepat sebelum bulan Poso (Ramadhan) datang. Bulan Ruwah ini adalah bulan di mana - menurut Islam - pelaporan atas amal perbuatan manusia kepada Allah SWT. Kalau menurut otak atik gatuk nya orang Jawa ruwah adalah kepanjangan dari "ruhe dho owah". Maksudnya adalah, ruh para ahli kubur (leluhur) kita yang meninggal kembali ke rumah (owah) untuk "tilik rumah" apakah ahli kubur (leluhur) di doakan oleh anak turunnya atau tidak. berikut ini ada beberapa tradisi - tradisi yang di lakukan oleh Kraton Yogyakarta dan masyarakat Yogyakarta.
Seperti yang sudah diungkapkan di atas, ada beberapa tradisi yang di lakukan oleh pihak Karaton sendiri dan masyarakat Yogyakarta di Bulan Ruwah (Sya'ban) ini. tradisi itu antara lain :
Menurut Suripto – seorang pegawai kraton -, acara tradisi yang dilakukan di kraton Yogyakarta dibulan ruwah ini ada dua yaitu apeman dan labuhan.
Apeman, Upacara tradisi ini di lakukan di lingkungan interen kraton. Tradisi ini secara khusus diadakan untuk memperingati hari raya kenaikan tahta Sri Sultan Hamengkubuono. Tradisi apeman dilakukan dengan membuat apem sebagi sesaji. Apem ini terbuat dari beras ketan. Kemudian bentuk apemnya dibuat dengan ukuran yang tidak seperti apem biasa yang dijual di pasar, akan tetapi dengan ukuran yang besar (jumbo). Apem ini hanya dibuat oleh wanita, baik istri raja, anak dan keturunan raja, serta krabat kraton dengen alasan adalah wanita pelayan dari pria. Setelah apem ini jadi, apem ini dibagikan kepada para abdi dalm kraton. Ada dua jenis apem yang dibuat untuk di bagikan, yaitu apem mustaka (diameter kurang lebih 20 cm) yang diberikan kepada abdi dalem yang memiliki posisi tinggi, dan apem biasa (diameter kurang lebih 10 cm) untuk abdi dalem biasa.
Labuhan, Tradisi ini juga dilaksanakan pada bulan ruwah. upacara labuhan ini juga dilakukan oleh interen kraton. Kuku – kuku dan beberapa helai rambut Sultan di poting, kemudian potongan kuku dan rambut sultan tadi di labuh di Gunung Merapi dan Pantai Parangtritis.
Tradisi Masyarakat Yogyakarta
1. Nyadran
Merupakan acara yang dilakukan oleh masyarakat untuk mendo’akan para leluhur yang sudah meninggal dunia. tradisi ini hapir mirip dengan ziarah kubur, akan tetapi perbedaannya terletak pada pelaksanaannya. kalau ziaran kubur dapat dilakukan kapan saja, nyadran hanya dilakukan setahun sekali saja pada bulan ruwah (sya’ban). Tradisi ini diawali dengan membersihkan makam pada siang hari kemudian pada malam hari masyarakat berkumpul di makam dengan membawa sesaji (makanan). setelah semua masyarakat berkumpul dengan segala ubo rampe yang tersedia, acara tahlil dan do’a bersama dimulai. dengan dipimpin oleh kaum rohis dusun tersebut. dilanjutkan dengan makan bersama.
2. Apeman (Kenduri Sedekahan)
Tradisi ini juga
dilakukan pada bulan ruwah. Tradisi ini dilakukan di dusun – dusun. Acara ini
berbeda dengan acara apeman yang dilaksanakan di kraton. Pertama kali para
warga membikin apem ketan di rumah masing - masing. Kemudian apem ketan itu
ditata dan dirangkai sedemikian rupa di dalam baskom atau nampan. Pada sore
harinya, setelah terdengar kode bunyi kentongan, apem ketan tadi dikumpulkan di
salah satu rumah warga. Setelah apem ketan terkumpul, kaum (rohis) setempat
memimpin doa yang diikuti oleh warga setempat yang hadir dalam acara itu.
Setelah doa dipanjatkan, apem ketan yang terkumpul itu diambil beberapa untuk
diberikan kepada warga yang tidak mengumpulkan apem tersebut.
Sebagai
gambarannya, umpamanya di dusun itu terdapat 50 KK (Kartu Keluarga). Ketika
acara dimulai, hanya ada 40 KK yang mengumpulkan. Jadi ada 10 warga yang tidak
mengumpulkan, kemudian dari 40 baskom tadi dibagi menjadi 10 wadah. Setelah itu
kesepuluh wadah apem tadi dibagikan kepada warga yang tidak mengumpulkan.
Kemudian yang 40 wadah tadi dibawa pulang kembali olah yang memgumpulkan apem.
Akan tetapi, untuk sekarang ini, ada juga sebagian masyarakat yang berinovasi
mengganti apem itu dengan nasi, lauk, sayur, dan kerupuk, tetapi menyertakan
apem ketan di dalamnya. Walaupun juga ada sebagian masyarakat yang masih tetap
menggunakan apem ketan.
Acara ini
dilakukan sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
nimat kepada kita. Selain itu, acara ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa
berbagi antar sesama warga, serta ajang untuk saling mempererat silaturahim
antar warga.
3. Padusan
Tradisi padusan ini
dulunya dilakukan dengan upacara berendam atau mandi di sumur – sumur atau
sumber mata air (sendang) di tempat – tempat keramat. Akan tetapi, lambat laun
seiring berjalannya waktu, tradisi padusan ini beralih tempat. Yang dulunya
padusan di lakukan di tempat – tempat keramat, sekarang ini tradisi padusan dilakukan
olah masyarakat ditempat – tempat seperti pantai, sungai, dan di rumah pribadi
masing – masing. Tradisi ini bermakna agar jiwa dan raga seseorang yang akan
melakukan ibadah puasa di bulan Ramadhan dibersihkan secara lahir dan batin.